Kau minta aku menulis prosa; gancaran aku lebih suka menyebutnya. Itu sama saja kau memintaku mengaku dosa. Ataukah ini sudah jatuh bulan April sehingga antrian panjang di depan bilik gereja sudah dimulai lagi? Benar, benar kau minta aku menulis untukmu? Akan kutuliskan suatu bantahan luar biasa, mengenai hal-hal muskil yang rupanya benar-benar terus terang.
Aku ingin melihat lagi terang kamar jadi buta, gelap yang hening tak mencekam. Biar aku bisa kembali menuangkan rasa yang sudah terlalu lama kusimpan. Biar malam yang berhenti di pukul 12 ini, seramai kawasan Gelora Bung Karno. Aku gelar kembali semua lipatan beserta isinya, kupaparkan begitu saja dengan terus terang. Betapa aku merindumu, yang selalu hadir di tiap tenang.